Komunikasi Publik Ala TNI AU
Indonesia kemarin dikejutkan oleh kejadian tidak terpuji yang dilakukan 2 orang oknum aparat TNI AU di merauke, Papua. Bermaksud hendak melerai 2 orang sipil yang terlibat cekcok disebuah warung. 2 orang anggota TNI AU ini justru malah menarik salah seorang pemuda dan menginjak kepalanya dengan sepatu.
Alhasil berita pun menyebar dengan cepat. Viral dan mengundang Hujatan dari seluruh netijen di indonesia bahkan luar negeri. Gambaran aksi #BlacklivesMatter secara otomatis terekonstruksi dikepala para netijen. Wajar, karena kejadian di papua kemarin bisa menarik 3 isu keamanan yang krusial. Pertama Rasisme, Kedua Papua merdeka, Ketiga Diskriminasi Penyandang cacat. 3 Isu yang paling gampang digoreng.
Untungnya Bapak KSAU langsung menyadari hal ini. Kejadian di papua jika dibiarkan berlarut-larut tanpa kejelasan. Dampak nya tidak hanya kepada lembaga TNI AU itu sendiri. Namun bisa saja meluas bahkan sampai kepada Isu Keamanan Negara.
Setelah kejadian itu, TNI AU langsung membuat pernyataan resmi, meminta maaf kepada keluarga korban, meminta maaf keseluruh rakyat Indonesia, serta Menindak tegas anggota nya yang bersalah.
Ada yang menarik di moment ini, Di depan wartawan, tersangka (Oknum TNI AU) dipertemukan dengan korban dan keluarganya. Menariknya, Tersangka diperlihatkan kehadapan publik sudah mengenakan baju tahanan militer, dan rambutnya sudah botak. Sebuah sangsi sosial yang pastinya ditunggu oleh siapa saja.
Memperlihatkan tersangka dengan rambutnya yang sudah botak ini memang sederhana, namun jangan salah. Justru ini yang memberikan dampak luar biasa terhadap citra TNI AU dimata publik. TNI AU telah menunjukkan bahwa Mereka masih bersama Rakyat, tanpa pernah berusaha untuk melindungi kesalahan anggota nya.
Hasilnya, Gelembung opini yang awalnya mengecam tindakan represif aparat secara general. Perlahan mulai terpecah menjadi gelembung-gelembung kecil, bahkan sudah bermunculan gelembung opini simpati kepada TNI AU sebagai lembaga.
Akhir kata, apa yang dilakukan oleh lembaga TNI AU ini sebenarnya bisa jadi pelajaran untuk lembaga negara yang lain. Sebuah cara komunikasi yang sederhana, taktis, dan terukur digunakan dengan elegan sebelum isu nya menjadi luas dan tak terkendali.