BEAR BRAND, Ketika Kekuatan Sapi, Beruang, dan Naga Bersatu

Selama berpuluh – puluh tahun Industri Susu Sapi Segar bertarung di Indonesia. Banyak Perusahaan besar pemilik brand-brand susu segar ternama saling berlomba untuk merebut pasar domestik Indonesia yang tak kalah Segar.

Namun, beberapa tahun belakangan persaingan sengit ini mulai memudar. Di sempurnakan oleh Pandemi yang menyerang Sebagian besar Indonesia. Telah muncul satu brand jagoan baru di dunia Per-Susu-an Duniawi. Siapalagi Kalau bukan Susu yang iklan nya Naga, gambarnya beruang, Susu nya Sapi itu.

Tanpa harus menyebut merk, saya pastikan anda sudah paham brand apa yang saya maksud. Yap, Bear Brand.

Bear Brand adalah produk susu sapi segar yang direlease oleh Nestle sejak 1906. Awalnya bear brand hanya dijual di gerai-gerai kelontong dan toko obat-obatan milik orang Tionghoa.

Namun bear brand mulai mendapat tempat dihati masyarakat sejak beberapa dekade ke belakang dan mulai banyak ditemukan di minimarket-minimarket modern.

Sejak pandemi, banyak berita berseliweran tentang langka nya produk bear brand ini. Bahkan ada yang memberitakan soal panic buying produk Bear Brand yang dilakukan masyarakat, seiring dengan meningkatnya angka Covid 19.

Loh Kok bisa? Bagaimana mungkin Brand Susu Segar yang kandungan gizi nya sama dengan susu lain. Justru lebih dipercaya oleh masyarakat dapat menambah asupan gizi yang dapat melawan Covid 19? Disini lah kekuatan Brand itu berbicara teman-teman.

Ada 2 poin besar yang saya tangkap kenapa Bear Brand begitu dipercaya sebagai produk susu terbaik untuk Covid 19, dan bahkan menimbulkan Placebo Effect.

Pertama, di paragraf awal saya mengatakan bahwa produk ini awalnya dijual di toko-toko obat Cina. Ini ada hubungannya dengan Proses Brand Activation jangka panjang yang dilakukan oleh Nestle.

Sebagaimana kita tau, sebagian besar masyarakat Indonesia percaya bahwa Obat China amat sangat ampuh untuk menyembuhkan penyakit. Meski dijual dengan harga yang sangat mahal, orang indonesia tetap tidak protes jika ingin membeli obat-obat ini. Beda perlakuan ketika kita dihadapkan pada bill obat dari apotik di rumah sakit biasa. Inilah yang disasar oleh brand activation nestle.

Mereka menjual produk mereka di toko-toko obat cina, dengan maksud menempatkan produk mereka di posisi seperti obat china. Harga Mahal nya dimaklumi, dipercaya ampuh oleh masyarakat, meski tanpa uji klinis kedokteran sekalipun.

Dan brand activation ini dilanjutkan oleh Nestle saat produksi iklan dengan “Naga” nya. Sampai sini anda sudah dapat benang merah nya bukan? Kenapa merk nya beruang, iklan nya naga, produk nya susu sapi.

Cerdas memang orang Amerika.

Oke, kita lanjut pada poin Kedua. Selama Puluhan tahun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa membeli pengalaman membuat seseorang lebih bahagia ketimbang membeli materi. Sebagian disebabkan pengalaman sangat terkait dengan identitas pribadi, koneksi interpersonal, dan perilaku sosial. Nah, kita kunci di Prilaku Sosial.

Prilaku Sosial orang Indonesia, itu kuat dengan Maskulinitas. Bagi Orang Indonesia, sesuatu yang sangat kuat. Dipercaya sebagai yang terbaik. Sesuatu yang dianggap baik, sudah pasti akan dicari.

Nestle menangkap ini dan memasukkan nya ke dalam produk Bear Brand nya. Masuk nya dimana? Di kemasannya.

Di antara produk susu segar lain, Bear Brand punya kemasan yang paling kuat dan maskulin. Kaleng besi nya, disimbolkan sebagai produk yang melindungi, aman, dan tentu saja sehat. Ketika produk lain nyaman dengan kemasan kertas. Bear brand memilih menggunakan kaleng. Supaya dapat memanfaatkan prilaku sosial rakyat Indonesia yang cenderung maskulin tadi.

Ketika orang indonesia membeli susu bear brand. Di kepala nya tidak hanya ingin menikmati segelas susu segar saja. Tapi mereka membeli pengalaman mendapatkan susu terbaik, yang kemasannya sudah pasti aman, dan tentu saja dipercaya sangat menyehatkan.

Nah, jadi kesimpulannya. Secara kandungan gizi, Susu Bear Brand itu sama seperti susu yang lainnya. Hanya saja, Nestle telah melakukan brand activation ini sejak lama, dan strategi nya cerdas.

Memanfaatkan prilaku sosial masyarakat Indonesia. Dan Boom, mereka panen raya disaat – saat seperti ini.

Sekarang, masih mau Panic Buying?

Oleh : Brian Fadli Fahmi